Sabtu, 05 Juli 2014

Geologi Regional Toronipa



GEOLOGI REGIONAL TORONIPA

     1.      Geomorfologi Regional
 
Pulau Sulawesi, yang mempunyai luas sekitar 172.000 km2, dikelilingi laut yang cukup dalam. Sebagian daratannya dibentuk oleh pegunungan yang ketinggiannya mencapai 3.440 m (gunung latimojong). Pulau Sulawesi berbentuk huruf “K” dengan empat lengan : lengan timur memanjang ke timur laut – barat daya, lengan utara memanjang ke barat – timur dengan ujungnya membelok ke arah utara – selatan, lengan tenggara memanjang ke barat laut – tenggara, dan lengan selatan membujur ke utara – selatan.

Setidaknya ada lima satuan morfologi yang dapat dibedakan dari citra IFSAR dibagian tengah dan ujung selatan lengan tenggara Sulawesi, yakni satuan pegunungan, perbukitan tinggi, perbukitan rendah, dataran rendah dan karst. Adapun secara umum dari morfologi perbukitan rendah yang merupakan dataran alluvium luas yang terdiri atas bukit kecil dan rendah dengan mofologi yang bergelombang. Batuan penyusun satuan ini terutama batuan sedimen klastik mesozoikum dan tersier.

Satuan morfologi dataran rendah dijumpai dibagian tengah ujung selatan lengan tenggara, merupakan dataran rendah. Batuan penyusunnya terdiri atas batupasir, kuarsa, dan konglomerat kuarsa fomasi meluhu. Pada dataran ini mengalir sungai – sungai pada musim hujan berair melimpah sedang pada musim kemarau kering. Hal ini mungkin batupasir dan konglomerat sebagai dasar sungai masih lepas, sehingga air dengan mudah merembes masuk kedalam tanah.

     2.      Stratigrafi Regional
 
Kepingan benua di lengan tenggara Sulawesi dinamai mintakat benua Sulawesi tenggara (south east Sulawesi continental terrane) dan mintakat matarombeo oleh surono (1994). Kedua lempengan dari jenis yang berbeda ini bertabrakan dan kemudian ditindih oleh endapan molasa Sulawesi. Setelah tabrakan tersebut lengan tenggara Sulawesi terbagi menjadi 3 lajur, yaitu :

·         Kepingan benua
·         Complex ofiolit
·         Molasa Sulawesi

Litologi pada daerah fieldtrip (toronipa) merupakan bagian dari formasi meluhu anggota toronipa yang didominasi batupasir, konglomerat, batulempung dan serpih. Umur formasi meluhu berdasarkan fosil amonit dan belemnite yang dijumpai Trias akhir. Formasi meluhu ini ditindis tak selaras oleh satuan karbonat formasi tampakura. Satuan batuan karbonat ini berupa batugamping jenis oolit, mudstone, wackestone, dan dackstone. Kumpulan foraminifera kecil dan besar menunjukan umur eosin – oligosen dijumpai dibeberapa bagian formasi ini.

Penyebaran formasi meluhu sangat luas di lengan tenggara Sulawesi. Formasi ini telah dipublikasikan secara luas, diantaranya oleh surono dkk (1992), surono (1997b, 1999), serta surono dan bachri (2002). Surono membagi formasi meluhu menjadi 3 anggota (dari bawah keatas) :

1.  Anggota toronipa yang didominasi batupasir dan konglomerat. Anggota yang dengan penyebaran terluas pada formasi meluhu.
2.        Anggota watutaloboto didominasi batulempung, batulanau dan serpih.
3.        Anggota tue – tue dicirikan adanya napal dan batugamping.

Pada daerah lokasi fieltrip merupakan anggota toronipa formasi meluhu, dimana satuan litologinya didominasi batupasir dan konglomerat dengan sisipan serpih, batulanau dan batulempung. Sisipan tipis lignit ditemukan setempat seperti disungai kecil dekat mesjid nurul huda, kota kendari dan tebing tepi jalan diselatan tinobu. Lokasi anggota toronipa berada ditanjung toronipa, sebelah tenggara desa toronipa.

Struktur sedimen yang terekam pada anggota toronipa berupa silang siur, tikas seluring, gelembur gelombang, perlapisan bersusun dan permukaan erosi. Lag deposit umum ditemukan pada bagian bawah runtutan sedimen di atas permukaan erosi. Batang, ranting, dan cetakan daun juga ditemukan pada endapan klastik halus. Setiap runtutan batuan sedimen menunjukan penghalusan keatas, yang menunjukan energy melemah ke arah atas. Semua fakta dilapangan ini memberikan gambaran bahwa anggota toronipa di endapkan pada lingkungan sungai kekelok.

Pada waktu pengendapan anggota toronipa, laut berada di timur laut dan garis pantai bergerak ke arah barat daya pada waktu pengendapan anggota watutaluboto dan anggota tue – tue. Integrasi hasil berbagai analisis tersebut diatas menggambarkan bahwa cekungan formasi meluhu mempunyai iklim subtropics bercurah hujan tinggi dan topografi purba melandai ke arah utara. Topografi daerah sumber batuan kasar munkin disebabkan aktivitas tektonik sewaktu proses lepasnya kepingan benua Sulawesi tenggara dari tepi utara Australia.  

     3.      Struktur Regional 
 
Bentuk “K” pulau Sulawesi mencerminkan kompleksitas tektonik yang dialaminya. Berdasarkan data geologi dan geofisika, simandjuntak (1993 dalm darman & sidi, 2000) menyatakan bahwa pulau Sulawesi dan daerah sekitarnya mengalami empat kali kegiatan tektonik, salah satu diantaranya adalah tumbukan tipe thethyan pada neogen, yang mencirikan  struktur toronipa dimana tumbukan tipe thethyan neogen, sebagian kepingan benua tersebut bertumbukan dengan kompleks subduksi kapur dan ofiolit di Sulawesi dan daerah sekitarnya pada neogen.

Struktur regional geologi yang berkembang di lengan tenggara Sulawesi didominasi oleh sesar berarah barat laut – tenggara, yang utama terdiri atas sesar matano, kelompok sesar kolaka, kelompok sesar lawanopo dan kelompok sesar lainea.

Berdasarkan hasil penggambaran struktur regional Sulawesi dan daerah sekitarnya, daerah penelitian yaitu desa toronipa merupakan salah satu kawasan daerah yang dilewati oleh sesar lawanopo dan terusan Hamilton fault yang berarah tenggara – barat laut

Jumat, 11 Oktober 2013

identifikasi batuan metamorf


LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
PRAKTIKUM IV
IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF



OLEH :

NAMA                : I K H S A N
NIM                     : F1G1 12 054
PRODI                : GEOLOGI
KELOMPOK      : VIII ( DELAPAN )
ASISTEN            : AL RUBAIYN

LABORATORIUM FISIKA KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013







ACARA IV
4.1 JUDUL
Identifikasi Batuan Metamorf
4.2 TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada praktikum identifikasi batuan metamorf adalah :
1.              Praktikan mampu mengidentifikasi batuan metamorf
2.              Praktikan mampu menjelaskan jenis-jenis batuan metamorf
4.3 LANDASAN TEORI
Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu batuan tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas memberi nama batuan tersebut. Sifat fisika dankimiayangumumdikenal dalam mengidentifikasi batuan biasanya dibagi dalam 4 kategori sifat, yaitu :
A. Warna
B. Tekstur
C. Struktur
D. Komposisi mineral pembentuk batuan

A. Warna
Beberapa ciri warna pada mineral yang penting :
·         Kwarsa            : berwarna putih jernih, putih susu dan tidak memiliki belahan.
·         Mika                : apabila berwarna putih diberi nama muskovit, bila berwarnahitam diberi nama biotit, keduanya dicirikan adanya belahanseperti lembaran-lembaran.
·         Feldspar          : apabila berwarna merah daging diberi nama ortoklas(bidang belah tegak lurus/ 90°), bila berwarna putih abu-abudiberi nama plagioklas (belahan kristal kembar).
·         Karbonat         : biasanya mineral ini diberi nama kalsit dan dolomit, ciri utama mineral karbonat ini adalah bereaksi dengan HCl.
B. Tekstur
Tekstur merupakan kenampakan batuan berkaitan dengan ukuran, bentuk,
dan susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan dapat dijadikan petunjuk tentang proses (genesa) yang terjadi pada waktu lampau sehingga menghasilkan batuan tersebut.
Tekstur umum yang sering dijumpai pada batuan metamorf :
  1.  Kristaloblastik : mineral-mineral batuan asal sudah mengalami kristalisasi kristalisasi kembali pada  waktu terjadi metamorfosa
  2. Tekstur relik (sisa) : tekstur batuan metamorf yang masih terlihat tekstur batuan asalnya. Secara umum penamaannya diawali dengan ‘blasto’, misal,blastoporfiritik.
C. Struktur
Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian batuan yang berbeda.Macam-macam struktur merupakan hubungan antar butir penyusun dalam batuan tersebut, antara lain dibedakan menjadi 2 macam :
1.      Berfoliasi : bila pada batuan metamorf terdapat penjajaran mineral-mineral yang terdapat dalam batuan tersebut.
2.      Non-foliasi: bila pada batuan metamorf tidak terdapat penjajaran mineral-mineral yang terdapat dalam batuan tersebut.
                                 
D. Komposisi Mineral pembentuk batuan
Komposisi mineral dalam batuan metamorf dapat dikelompokkan dalam dua macam, yaitu : mineral yang tahan terhadap proses metamorfisme dan mineral baru yang terbentuk selama atau akibat proses metamorfisme. Contohnya;mineral kwarsa adalah mineral yang sangat stabil dan mampu bertahan terhadap proses metamorfisme sehingga kwarsa tetap hadir dalam batuan metamorf. Sedangkan mineral lempung akan berubah menjadi mineral lain selama proses metamorfisme sesuai dengan kondisinya yang baru. Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf, antara lain : kwarsa, mika, feldspar, karbonat,mineral lempung. (penuntun praktikum geologi dasar, 2013).

Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang telah mengalami proses/perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.
Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan temperatur 200oC – 6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.
Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adalah proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi (Endarto, 2005).
Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut ;
·         Komposisi mineral batuan asal
·         Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme
·         Pengaruh gaya tektonik
·         Pengaruh fluida
Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
·         Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh   tekanan diferensial (berbeda) pada saat proses metamorfisme.
·         Non foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan penjajaran mineral-mineral dalam batuan tersebut.
Jenis-jenis Metamorfisme
  1. Metamorfisme kontak/termal :Metamorfisme oleh temperatur tinggi pada intrusi magma atau ekstrusi lava.
2.      Metamorfisme regional : Metamorfisme oleh kenaikan tekanan dan temperatur yang sedang, dan terjadi pada daerah yang luas.
3.      Metamorfisme Dinamik : Metamorfisme akibat tekanan diferensial yang tinggi akibat pergerakan patahan lempeng.(Azhar, 2009).

         Berbagai macam proses yang terjadi pada pembentukan batuan metamorf mempengaruhi rupa atau bentuk batuan itu. Salah satunya adalah tekstur.Tekstur pada batuan metamorf disebut dengan mineral metamorf yang terjadi karena kristalnya tumbuh dalam suasana padat oleh karena itu disebut dengan blastos atau blastik/idioblastik. Pada dasarnya tekstur pada batuan metamorf terbagi menjadi karena proses rekristalisasi yaitu perubahan butiran halus menjadi kasar dan proses reorientasi terbagi ke dalam skistositas atau foliansi terjadi oleh karena mineral yang pipih atau membentang tersusun dalam bidang-bidang tertentu yakni bidang sekistsis. Biang ini dapat searah dengan lapisan sedimen asalnya atau searah dengan sumbu lipatannya.Kristal yang ukurannya besar disebut profiroblastik.Contohnya yaitu dalam golangan metamorf dinamik, tak jarang batuan mengalami hancuran yang fragmental sifatnya.(Lizza, 2009).
4.4 ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang yang dibutuhkan dalam praktikum identifikasi batuan metamorf dapat dilihat pada table 4.1 :
Table 4.1 Alat dan bahan identifikasi batuan metamorf
No.
Alat dan Bahan
Kegunaan
1.
Uang Logam/Pulpen
Sebagai pembanding
2.
Kamera
Sebagai alat untuk mengambil gambar sampel batuan
3.
Pensil warna
Sebagai bahan untuk menggambar batuan yang diamati
4.
Batuan & Mineral
Sebagai referensi klasifikisi batuan beku
5.
4 sampel batuan metamorf
Sebagai obyek pengamtan
6.
Tabel klasifikasi batuan metamorf
Sebagai penentu nama batuan

4.5 PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum acara Identifikasi Batuan Metamorf adalah:
1.      Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2.      Melakukan identifikasi batuan metamorf secara megaskopis/kasat mata berdasarkan sifat-sifat fisisnya:
Ø  Warna
Ø  Tekstur
Ø  Struktur
Ø  Komposisi mineral pembentuk batuan
3.      Menentukan nama batuannya
4.      Mengisi data pada lembar pengamatan








4.6  HASIL PENGAMATAN
1. No. urut peraga 1
·         Warna segar                : hitam
·         Warna lapuk                : hitam kecoklatan
·         Tekstur                        : Kristaloblastik
·         Jenis                      : Nematoblastik
·         Struktur                       : Foliasi                                    
·         Ukuran                                    : Medium cuars/schist
·         Komposisi mineral      : Mika dominan, scaly foliation
·         Batuan asal                  : Phyllite
·         Nama batuan               : Sekis


2. No. urut peraga 2
·         Warna segar                : putih
·         Warna lapuk                : putih kecoklatan
·         Tekstur                        : Kristaloblastik
·         Jenis                      : Granoblastik

·         Struktur                       : Non-foliasi
·         Komposisi mineral      : Kwarsa
·         Batuan asal                  : sandstone (batu pasir)
·         Nama batuan               : Kuarsit
Gambar 4.4 sketsa kuarsit
3. No. urut peraga 3
·         Warna segar                : putih
·         Warna lapuk                : putih kecoklatan
·         Tekstur                        : Kristaloblastik
·         Jenis                      : Idioblastik                   
·         Struktur                       : Non-foliasi
·         Komposisi mineral      : Mika muskovit
·         Batuan asal                  :
·         Nama batuan               : Marmer

4. No. urut peraga 4
·         Warna segar                : hitam
·         Warna lapuk                : hitam kekuningan
·         Tekstur                        : Relik
·         Struktur                       : Foliasi
·         Komposisi mineral      : Mika, lempung
·         Batuan asal                  : Lempung, batuan vulkanik
·         Nama batuan               : Sabak/slate
  


4.7 PEMBAHASAN
      Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme pada batuan yang telah ada sebelummya. Proseses metamorfisme adalah proses perubahan mineral dan tekstur atau struktur batuan dalam keadaan padat akibat perubahan tekanan dan temperature yang tinggi dalam kerak bumi tanpa mengubah komposisi kimia.
Batuan metamorf atau batuan malihan terbentuk akibat proses perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping.Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi.
Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu batuan tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas memberi nama batuan tersebut. Sifat fisika dan kimia yang diidentifikasi pada praktikum ini adalah warna, tekstur, struktur, dan komposisi mineral penyusun batuan.

Batuan metamorf pertama yang diidentifikasi berada pada nomor urut peraga 1. Batuan ini memiliki warna segar berwarna hitam dan warna lapuk berwarna hitam kecoklatan. Tekstur batuan ini adalah kristaloblastik dan termasuk jenis nematoblastik karena batuan ini memperlihatkan mineral-mineral prismatik yang sejajar dan terarah.Batuan ini berstruktur foliasi.Komposisi mineral pembentuk batuan ini adalah mika dominan dan scaly foliation. Batuan asal dari batuan ini adalah phyllite yaitu batuan sedimen yang mendapat tekanan dan temperatur tinggi. Untuk menentukan nama batuan yang diamati digunakan tabel klasifikasi metamorf O’dunn & sill yang dapat diliihat dari tekstur, struktur, komposisi mineral, dan batuan asal dari batuan sehingga dama batuan ini adalah sekis. Sekis adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika, grafit, dan feldspar. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.
Pada pengamatan kedua identifikasi dilakukan pada batuan dengan nomor urut peraga 2. Batuan ini mempunyai warna terang yaitu warna putih sedangkan warna lapuknya berwarna putih kecoklatan dan batuan ini tidak memiliki belahan. Tekstur batuan ini kristaloblastik yaitu mineral batuan asalnya sudah mengalami rekristalisasi pada waktu terjadi metamorfosa dan termasuk jenis granoblastik karena batuan ini memperlihatkan butir-butir mineral yang seragam dan bentuknya anhedral. Struktur batuan ini adalah non-foliasi karena dalam batuan yang diamati tidak terdapat penjajaran mineral-mineral yang ada pada batuan. Komposisi mineral penyusun batuan ini adalah kwarsa karena batuan ini dominan berwarna putih. Batuan asal dari batuan ini adalah batu pasir (sandstone) yaitu batuan sedimen yang mendapat tekanan dan temperatur tinggi. Untuk menentukan nama batuan yang diamati digunakan tabel klasifikasi metamorf O’dunn & sill yang dapat diliihat dari tekstur, struktur, komposisi mineral, dan batuan asal dari batuan sehingga dama batuan ini adalah kuarsit. Kuarsit adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat, terbentuk ketika batu pasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika batu pasir bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir butir kuarsa mengalami rekritalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada batu pasir terhapus oleh proses metamorfosis.
Pada pengamatan ketiga identifikasi dilakukan pada batuan dengan nomor urut peraga 3. Warna segar batuan ini berwarna putih sedangkan warna lapuknya berwarna putih kecoklatan. Tekstur batuan ini adalah kristaloblastik yaitu mineral batuan asalnya sudah mengalami rekristalisasi pada waktu terjadi metamorfosa dan termasuk jenis idioblastik karena berbentuk euhedral. Struktur batuan ini termasuk non-foliasi karena pada batuan ini adalah mika muskovit karena mineralnya berwarna putih, kalsit yang biasanya terdapat dalam batuan pasir dan merupakan mineral pembentuk batuan, dan dolomit yaitu bahan galian dan tergolong bahan galian C dan dolomit termasuk rumpun mineral karbonat. Batuan asal dari batuan initermasuk jenis batu gamping yaitu batuan sedimen yang mendapat tekanan dan temperatur tinggi. Untuk menentukan nama batuan yang diamati digunakan tabel klasifikasi metamorf O’dunn & sill yang dapat diliihat dari tekstur, struktur, komposisi mineral, dan batuan asal dari batuan sehingga dama batuan ini adalah marmer. Marmer terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga mengalami perubahan dan rekritalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa foliasi.
Pada pengamatan terakhir identifikasi dilakukan pada batuan bernomor urut 4. Warna segar dari batuan ini berwarna hitam sedangkan warna lapuknya berwarna hitam kekuningan. Pada batuan ini masih terlihat tekstur batuan asalnya sehingga tekstur batuan ini termasuk jenis relik. Batuan ini berstruktur foliasi karena pada batuan ini terdapat penjajaran mineral-mineral yang terdapat dalam batuan. Komposisi mineral pembentuk batuan ini adalah mika biotit karena berwarna hitam dan lempung karena berwarna putih berkilap tanah. Batuan asal yang dimiliki batuan ini adalah lempung, shale, sierca dan batuan vulkanik. Untuk menentukan nama batuan yang diamati digunakan tabel klasifikasi metamorf O’dunn & sill yang dapat diliihat dari tekstur, struktur, komposisi mineral, dan batuan asal dari batuan sehingga dama batuan ini yaitu sabak. Sabak merupakan batuan metamorf yang terbentuk dari proses metamorfisme batuan sedimen shale dan mudstone (batu lempung) pada temperatur dan suhu uang rendah. Memiliki struktur foliasi dan tersusun atas butir-butir yang sangat halus.

4.8 PENUTUP
4.8.1 Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dari hasil identifikasi batuan metamorf adalah :
1.      Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu batuan tertentu. Dalam mengidentifikasi batuan metamorf kita harus melihat berdasarkan sifat fisiknya secara megaskopis antara lain.
v  Warna segar menyatakan warna primer atau warna sesungguhnya dari batuan yang diidentifikasi
v  Warna lapuk menyatakan warna sekunder atau warna hasil pelapukan dari batuan  yang diidentifikasi
v  Tekstur merupakan kenampakan batuan berkaitan dengan ukuran, bentuk, dan susunan butir mineral dalam batuan.
v  Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian batuan yang berbeda.
v  Komposisi mineral merupakan mineral pembentuk batuan.
2.      Dari hasil identifikasi batuan metamorf yang dilakukan secara megaskopis terhadap beberapa sampel batuan, dapat diketahui nama dari beberapa sampel batuan tersebut.
v  Nomor urut peraga 1 adalah sekis
v  Nomor urut peraga 2 adalah kuarsit
v  Nomor urut peraga 3 adalah marmer
v  Nomor urut peraga 4 adalah sabak

4.8.2 Saran
            Adapun saran yang dapat sayaberikan pada praktikum identifikasi batuan metamorf adalah agar larutan HCl digunakan pada praktikum ini agar praktikan dapat mengetahui dan memahami proses saat batuan bereaksi dengan HCl.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Penuntun praktikum geologi dasar. Universitas haluoleo. Kendari
Azhar. 2009. Petunjuk Praktikum Petrologi. Tim Geologi. Yogyakarta.
Endarto, Danang. 2005. Mineralogi. Jakarta.